Kilometer.co.id, Tangsel-NATAL kali ini memang beda tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Mungkin karena negeri ini masih dilanda pandemi Covid-19, orang-orang dituntut membatasi diri menghindari kerumunan demi menjaga nyawa sendiri dan nyawa orang disekitarnya. Natal kali ini tidak disibukkan dengan suara trompet yang bergema atau bebunyian lain seperti petasan atau sejenisnya, atau pesta kembang api, tentu ini juga untuk menjaga ketenangan bersama di masa sulit, sebab wabah mematikan bernama Corona masih saja datang mengintai.
Bagi umat yang merayakan Natal di tahun ini tentu dapat berbangga dan bahagia serta sukacita, sebab natal yang ditunggu-tunggu sepanjang tahun berjalan dengan damai dan aman. Senyum kegembiraan dan kebahagiaan terpancar dari tiap wajah warga, maklum kali ini peristiwa Natal tidak didahului dengan keriuhan dan kegaduhan, apalagi tidak ada pertarungan saling tarik urat leher dan juga jauh dari razia sekelompok orang perusak ketenangan, pengacau kedamaian.
Natal kali ini memang beda, tidak ditemukan suara pelarangan dan penolakan ibadah natal. Natal kali ini memang menyejukkan tidak ada protes dalam bentuk spanduk keberatan penolakan dan pelarangan perayaan bahagia ini dari orang-orang penjaga pintu surga. Suara protes itu hampir-hampir tidak terdengar lagi gaungnya sebelum natal tiba. Fatwa haram pada penyampaian ucapan salam natal yang biasanya menggema ramai seakan hilang dari percakapan banyak orang. Entalah karena lagi masa pandemi, atau karena kesadaran pada hakekat keberagaman dan kebersamaan atau karena pengakuan akan kehadiran semua agama pada dasarnya adalah pembawa kabar damai yang rahmani.
Bagi umat Kristiani dan bagi semua umat beragama yang secara benar beragama tentu saja menghormati hari raya keagamaan adalah sesuatu yang diajarkan dalam banyak kitab kebenaran. Agama apapun jenisnya pasti mengajarkan kedamaian dan jauh dari kekerasan. Agama apapun bentuknya pasti saling menghormati dan mengasihi sesamanya. Dan umat Kristen yang lagi merayakan natal tentu dapat bangga bahwa sesama anak bangsa sudah saling menghormati sehingga jadilah natal itu damai dan aman.
INDONESIA adalah bangsa besar, negara yang megah. Jumlah penduduknya masuk kategori besar di dunia. Indonesia negara berazaskan Pancasila dengan pengakuan pada semua agama adalah setara, sekalipun ia juga sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Indonesia negara hukum yang menghormati hak asasi tiap-tiap orang, termasuk menghormati kebebasan beragama dan beribadah. Itulah sebabnya kerukunan dan keberagaman menjadi semboyan bersama bhineka tunggal ika.
Indonesia bukanlah negara agama, bukan juga negara yang tidak beragama. Kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan rakyatnya yang juga beragama dan telah menyumbang harta dan darah. Itulah sebabnya jika ada suara sumbang yang berniat mengubah idiologi negara menjadi idiologi agama, serentak semua rakyatnya melawan, berteriak menolak. Tak ada dominasi mayoritas atau tirani minoritas, semua sama, semua sederajat. Semua pemilik sah negeri yang disebut nusantara.
Tidak dipungkuri memang masih ada sekelompok orang yang punya pikiran menyimpang dari cita-cita negara. Mereka adalah orang-orang yang tidak tahu sejarah, orang-orang yang tak mengerti perjuangan para pendiri negeri. Dengan suara nyaring menggemakan perubahan, semua permasalahan negara yang terjadi dianggap dapat diselesaikan dengan dalil agama. Dan suara mereka lebih nyaring terdengar seakan pemilik kebenaran dan hukum. Mereka menabrak hukum, mereka juga menabrak keadilan dan bagi mereka hukum dan keadilan itu adalah sesuatu yang sedang mereka perjuangkan yaitu negara agama.
Tapi itu dulu, ketika semua orang takut dan negara lebih banyak mengalah pada rakyatnya. Tiba-tiba saja seorang perempuan muda bernama NIKITA MIRZAMI tampil melawan keadaan. Suaranya lantang protes dan tanpa rasa takut ia terus saja mengoceh, bawel dan cerewet. Ia tak ubahnya seperti seorang ibu yang kesal pada tingkah anaknya yang susah diajar dan tak bersopan. Rakyat terkejut dibangunkan dari tidur, rakyat menemukan ratu adil dalam sosok seorang perempuan berani yang menyuarakan isi hati mereka.
Negarapun ingat akan tugasnya menjaga hati rakyat untuk tidak terluka dan tentu saja agar jauh dari ketakutan. Kepala polisi dan panglima serdadu sepakat menjadikan keamanan rakyat yang utama. Dan satu persatu perusak keamanan dan pengganggu kedamaian dievaluasi kehadiran mereka di ruang publik. Rakyat bersorak dalam hati bangga pada pemimpinnya. Negara hadir, pemerintahpun ada, rakyat tentu saja jadi tenteram. Dan doa untuk NIKITA MIRZANI tak pernah berhenti dari bibir-bibir yang bersyukur dari mulut rakyat yang penuh puja-puji. Ibu muda itu ibarat dewi pemantik kehadiran negara.
MENTERI AGAMA pada akhirnya diganti. Pergantian ini memang diharap rakyat yang merindu pada jalan damai. Selama ini keluh kesah selalu disuarakan pada sikap pak jenderal yang tak juga menertibkan pengasong agama dan penjual kapling surga yang terus saja mengganggu jalan damai yang dirindu rakyat. Yaqut Cholil Qoumas adalah MENTERI AGAMA yang baru. Kehadirannya begitu menyejukkan dan harapan yang sempat pudar kembali memancar. Rakyat bergembira berharap bapak menteri dapat menuntaskan tugas berat menjaga toleransi dalam bersikap pada sesama insan yang beragama. Yaqut Cholil tentu saja tahu apa yang mesti dilakukan, bukankah ia sudah melakukannya sejak dulu semasih menjadi Ketum Ansor dalam menjaga nusantara? Harapan rakyat harus dikawal, Cholil Qoumas jangan dibiarkan jalan sendiri. Rakyat harus bersamanya menjaga negeri, menjaga keberagaman, menjaga toleransi dan menjaga negara ini agar tidak lagi diasong oleh mereka yang biasa berjualan ayat dan mayat. Semoga (Penulis: Ega Mawardin)
Siap besuk ya pak sekjen
Poto kirim juga