Muscat, Oman-kilometer.co.id. Perjalanan doa profetik yang diselenggarakan oleh Beithesda House of Prayer (B’Hop) dan Pusat Seminari Bukit Gibeon (PSBG) di bawah naungan Gereja Pimpinan Rohulkudus YHVH (GPRY) resmi dimulai pada Rabu, 5 Februari 2025. Rombongan ini tidak sekadar menapaki jejak sejarah iman, tetapi juga menjalankan misi rohani dalam bentuk perjalanan doa profetik yang mengusung tema Time to Renew the Covenant (Waktu untuk Memperbarui Perjanjian).
Vitri, ketua tim kelompok terbang (kloter) kedua, menekankan bahwa perjalanan ini bukan sekadar wisata rohani, melainkan sebuah panggilan spiritual yang penuh tantangan. “Perjalanan ini bukan hanya tantangan fisik, tetapi juga tantangan di alam roh. Oleh karena itu, setiap langkah harus dipersiapkan dengan doa dan ketekunan,” ujarnya saat ditemui di Terminal III Internasional Bandara Soekarno-Hatta.
Perjalanan yang berlangsung pada 5–21 Februari 2025 ini menemui berbagai tantangan sejak awal. Hambatan utama muncul dalam pengurusan visa Arab Saudi, sementara beberapa peserta dari daerah seperti Pulau Kisar dan Balikpapan mengalami kendala transportasi. Meski demikian, seluruh peserta tetap dapat berangkat sesuai jadwal, dengan proses visa ke Israel dan Yordania yang berjalan lancar.
Sejak tahun 2007, perjalanan doa profetik ini telah menjadi bagian dari pelayanan rohani yang dipimpin oleh Vitri. Biasanya, perjalanan ini diikuti oleh sekitar 30 peserta, namun tahun ini jumlah peserta meningkat hampir dua kali lipat menjadi 70 orang. Hal ini menunjukkan besarnya antusiasme umat dalam menapaki jejak sejarah iman serta memperbaharui komitmen spiritual mereka.
Perjalanan dimulai dari Muscat, Oman, menuju Amman, Yordania. Ibu Gembala Rumondang Sitompul memiliki kerinduan untuk berdoa di Oman sebelum melanjutkan perjalanan ke Arab Saudi dalam misi doa profetik. Dari Yordania, rombongan akan melintasi perbatasan Sheikh Hussein menuju Israel dan menyusuri kawasan Tiberias sebagai bagian dari napak tilas pelayanan Yeshua HaMashiach.
Berbagai lokasi yang memiliki makna mendalam dalam sejarah iman, seperti Galilea, Kapernaum, Yerikho, dan Ein Gedi, menjadi tujuan utama perjalanan ini. Tidak hanya sebagai destinasi rohani, tempat-tempat tersebut dipilih secara khusus sebagai lokasi penyembahan dan doa profetik, menjadikan perjalanan ini lebih dari sekadar ziarah spiritual.
Dalam pelaksanaannya, perjalanan ini menghadapi tantangan logistik yang cukup besar. Keterbatasan tempat duduk di pesawat membuat rombongan harus dibagi menjadi dua kelompok terbang. Tim pertama berangkat pada 5 Februari, sementara tim kedua menyusul pada 6 Februari. Kedua tim dijadwalkan bertemu kembali di Amman sebelum melanjutkan perjalanan bersama ke Tanah Perjanjian.
“Dengan doa dan penyerahan diri kepada Bapa YHVH, segala kendala dapat dilewati. Saat ini, tim pertama telah tiba di Amman, sedangkan tim kedua masih berada di Muscat, Oman,” ujar Vitri dengan penuh keyakinan.
Perjalanan doa profetik ini diharapkan dapat menjadi pengalaman spiritual yang mendalam bagi setiap peserta, membawa mereka lebih dekat kepada Elohim serta memperbaharui iman dan perjanjian mereka dengan-Nya. Setiap langkah dalam perjalanan ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen rohani dan mengalami perjumpaan yang lebih dalam dengan Bapa YHVH.YM