Kilometer.co.id Jakarta Indonesia terkenal bangsa yang ramah dan terbuka, kondisi ini harus terus di jaga, terutama di tahun-tahun politik saat ini. Adalah Efraim Yerry Tawalujan, seorang politisi asli Minahasa, mengimbau masyarakat dan pelaku politik untuk berperan aktif dalam menciptakan peradaban politik yang tinggi di Sulawesi Utara.
Pernyataan tersebut disampaikan Yerry sebagai respons terhadap pertanyaan wartawan mengenai kondisi politik di daerah tersebut, pada Senin 29 Mei 2023.
Yerry menyatakan, warga Sulawesi Utara, baik masyarakat, pelaku politik, pemerintah, institusi agama, maupun lembaga lainnya, memiliki kewajiban untuk membangun peradaban politik yang tinggi di Sulut.
Sebagai Ketua Umum LSM Duta Wisata Sulawesi Utara, Yerry juga mengingatkan bahwa sejak zaman kolonial, masyarakat Sulut telah terkenal karena kecerdasan dan keintelektualannya.
Apalagi, kata bakal Caleg DPR RI dapil Sulawesi Utara ini, perilaku sosial masyarakat Sulawesi Utara juga terkenal santun, beretika, mudah bergaul, dan elegan.
Sulawesi Utara juga telah melahirkan tokoh-tokoh politik nasional yang berperan dalam perjuangan mendirikan negara, seperti Sam Ratulangie, A.A Maramis, Babe Palar, dan lainnya.
“Para politisi dari Sulut terus aktif di panggung politik nasional sejak era orde lama, orde baru, hingga masa reformasi saat ini,” ungkapnya.
Yerry menjelaskan bahwa tokoh-tokoh politik nasional asal Sulut dikenal sebagai politisi cerdas, santun, kritis, namun memiliki gagasan cemerlang.
Oleh karena itu, di samping menghasilkan kader-kader politisi yang handal, Sulawesi Utara juga perlu menciptakan peradaban politik yang tinggi, yaitu politik yang santun dan beretika.
Ayo kita bersama-sama membangun peradaban politik yang tinggi di Sulut. Mari ciptakan kampanye yang santun, beretika, dan beradab,” ajak Yerry Tawalujan.
Meskipun dapat diterima dalam konteks berpolitik, lanjutnya, namun kampanye negatif tidak perlu dilakukan di Sulawesi Utara.
“Saat ini, kita sedang mencari pemimpin politik melalui pemilu, bukan pemimpin agama. Bahkan tokoh gereja dan malaikat pun tidaklah sempurna, apalagi hanya pemimpin politik,” katanya.
“Kita tidak seharusnya mengumbar kesalahan pemimpin di masa lalu atau mencari-cari kelemahan pribadi, lalu merasa paling benar sendiri dan menuding orang lain cacat moral. Hal tersebut tidak etis dan sebaliknya tidak berprinsip,” tegas Yerry.
Yerry Tawalujan, yang telah menempuh pendidikan di SD GMIM Rike, SMP Negeri 4 Karombasan, dan SMA Negeri 1 Manado, juga mengingatkan akan tindakan Yesus ketika seseorang membawa seorang perempuan yang tertangkap basah berzinah kepada-Nya, meminta mengizinkan mereka melempari perempuan itu dengan batu sampai mati.
“Tuhan Yesus menjawab, “Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, silakan dia yang melempar batu pertama. Tidak ada seorang pun dari mereka yang berani melempar batu”, bebernya.
“Dalam politik, kita tidak boleh saling melempar batu dengan mengumbar kesalahan dan kekurangan orang lain. Masyarakat Sulut memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Mereka sudah mampu menilai keunggulan dan kelemahan calon pemimpin tanpa perlu mengadakan kampanye negatif, apalagi kampanye hitam. Mari kita bersama-sama membangun peradaban politik di Sulawesi Utara,” ajak Yerry.* red