Kilometer.co.id Jakarta- Pendidikan adalah pintu perubahan menuju kehidupan yang lebih cerdas berpikir luas dan intelektual. Berangkat dari pentingnya pendidikan itulah maka setiap generasi harusnya bisa mengakses terpenuhinya pendidikan dengan baik dan berkualitas.
Karena seyogianya pendidikan yang berkualitas sejatinya menjadi hak dari setiap anak, tak terkecuali bagi anak-anak yang lahir dari kalangan yang termarjinalkan. Misi inilah yang mendorong Sekolah Kristen Kabar Baik untuk merangkul banyak anak marjinal agar dapat mengakses pendidikan berkualitas.
Melayani anak-anak marjinal sejak tahun 2011 lalu bermacam pergumulan telah dihadapi oleh Sekolah Kristen Kabar Baik, termasuk pergumulan untuk memiliki gedung sekolah sendiri. Demi mewujudkan pembangunan gedung sekolahnya, sekolah kristen di bawah naungan Yayasan Cahaya Amanat Kabar Baik, ini, menggelar acara Gala Dinner dan Fund Raising bertempat di Grand Ballroom Ayana Hotel, Jakarta, Kamis (25/5).
Kegiatan Gala Dinner dan Fund Raising bertema “Charity Against Marginality” ini diawali dengan pameran karya seni para siswa dan siswi Sekolah Kristen Kabar Baik yang ditata secara apik di depan ballroom. Para tamu undangan dibuat kagum atas buah karya seni yang mampu dihasilkan oleh para murid yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, itu.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penampilan siswa dan siswi yang membawakan lagu pembuka berjudul “Aku Pasti Bisa”. Kemudian secara berurutan ikut ditampilkan seni tari daerah juga suguhan nyanyian dari para siswa yang dipimpin oleh Bondan (12). Bondan adalah seorang murid yang sejak umur 9 tahun telah mempelajari instrumen gitar..
Penyanyi lagu rohani, Jason Irwanto Chang, juga tampil membawakan beberapa lagu pujian di acara ini. Di sela persembahannya, Jason bercerita tentang dua anak asuh berkebutuhan khusus yang menginspirasinya untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan, di setiap keadaan.
Adalah Fandy Kho, pemuda berusia 21 tahun yang mengalami kebutaan sejak usia balita. Fandy menderita suatu penyakit serius di bagian kepalanya sehingga harus menjalani operasi demi menyelamatkan nyawanya. Namun sebuah konsekuensi berat harus dihadapi Fandy dan kedua orangtuanya, di mana buah hati mereka harus rela mengorbankan indera penglihatan yang dimiliki.
Hampir sepanjang hidupnya hingga menginjak usia ke-21, Fandy tidak lagi mampu melihat keindahan dunia. Namun Tuhan itu baik. Di tengah segala kekurangan yang dimiliki hamba-Nya itu, Dia justru memberi “kelebihan” lain untuk Fandy. Fandy berkesempatan untuk berguru di bidang tarik suara dengan bimbingan Jason Irwanto.
Perjalanan hidup dan kesaksian Fandy ditampilkan dalam sebuah video pendek. Dalam salah satu kesempatan, Fandy nampak membawakan sebuah persembahan pujian. Suara emas yang diberikan Tuhan kepada Fandy, mengundang rasa haru dari Jason dan para hadirin yang menyaksikan.
“Melihat atau pun tidak bisa melihat, tidak akan mengurangi rasa kencintaan Fandy kepada Tuhan,” ucap Jason haru, menirukan kalimat yang pernah diucapkan Fandy kepadanya, dengan iringan pujian berjudul “Walau Ku Tak Dapat Melihat”, yang dipopulerkan oleh Grezia Epiphania.
Usai persembahan pujian yang dibawakan berturut-turut oleh Jason dan Michael Panjaitan, acara dilanjutkan dengan lelang karya seni yang dipimpin oleh Denny Budiman. Sesi pertama karya yang dilelang merupakan kalung buatan dari siswi SD Sekolah Kristen Kabar Baik bernama Valerie. Karya Valerie kemudian terjual seharga satu juta Rupiah.
Lelang berikutnya menawarkan karya bertema Gelombang Cinta yang dibuat oleh salah satu siswa, yang memakan waktu pembuatan hingga tiga bulan lamanya. Pelelangan karya ini kemudian laku di angka empat juta Rupiah.
Sebuah lukisan sulam berjudul “Tuhan Yesus Mengentuk Pintu Hati” berhasil dilelang seharga 7.5 juta Rupiah. Lelang dimenangkan oleh Pdt. Anna Kezia, S. Th, Anggota Pengurus Pusat PEWARNA Indonesia. Karya klasik yang aslinya diciptakan oleh William Holman Hunt tersebut dibuat kembali menggunakan benang sulam oleh Ma’am Miar Siregar, guru di Sekolah Kristen Kabar Baik. Miar bercerita tentang proses pembuatan dan pesan dibalik karyanya itu. Pesan Miar sederhana, agar setiap siswa dapat memiliki gedung sekolah sendiri dengan pertolongan Tuhan melalui para donatur yang memenangkan lelang, maupun melalui pendonasian dengan bentuk lainnya.
“Ini adalah panggilan. Kalau memang sudah panggilan, harus kita lakukan,” ucap Miar ketika menceritakan alasan dirinya ketika memilih pelayanan di bidang pendidikan khususnya di Sekolah Kristen Kabar Baik, tanpa pamrih.
Sebanyak 7 karya berhasil dilelang pada malam tadi, dengan total donasi yang berhasil dihimpun mencapai lebih dari 120 juta Rupiah. Acara kemudian dilanjut dengan mini talkshow dengan menghadirkan Sutamto Fadjar, Ketua Pembina Yayasan Cahaya Amanat Kabar Baik; dan Thio Marie Kepala Sekolah Kristen Kabar Baik. Pasangan suami dan istri yang juga melayani sebagai gembala di GBI Kabar Baik ini berkisah tentang kerinduan keduanya agar para murid dapat belajar di tempat yang aman dan bersahabat bagi kaum anak.
Marie lalu menuturan, total sebanyak 11 milyar Rupiah diperlukan oleh Sekolah Kristen Kabar Baik untuk bisa membangun gedung setinggi 4 lantai, dengan kelengkapan fasilitas kegiatan belajar-mengajar yang diperlukan.
“Yang paling urgent kami butuhkan saat ini sebesar 3.7 milyar Rupiah untuk membeli tanah,” ucap Thio Marie.
Kesulitan memang ada di depan mata, namun kehadiran dan senyum para siswa dan siswi terus menjadi motivasi sekaligus penghibur bagi Sutamto maupun Marie. Keduanya tak kuasa menahan air mata haru ketika menyaksikan video pendek berisi harapan dan ungkapan terima kasih dari para guru dan murid di Sekolah Kristen Kabar Baik. Perwakilan tiga siswi kemudian naik ke panggung dan membawakan sebuah lagu ciptaan Sutamto. Kembali, Sutamto dan Marie terpaksa menyeka air mata haru yang jatuh di pipi mereka.
“Saya sangat bangga dengan siswa dan siswi yang ada, dengan prestasi yang mereka ukir,” ujar Thio Marie, ketika menyampaikan pesannya mendekati penghujung acara.
“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia, berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya,” bunyi lirik lagu “Laskar Pelangi” yang dinyanyikan oleh seluruh murid Sekolah Kristen Kabar Baik, dipimpin Michael Panjaitan, menutup rangkaian acara.
Impian Memiliki Gedung Sendiri
Sebelumnya, Ketua Panitia Gala Dinner and Fund Raising Sekolah Kristen Kabar Baik, Irwan Hermawan, menjelaskan tentang latar belakang didirikannya Sekolah Kristen Kabar Baik. Kerinduan untuk memberikan pendidikan berkualitas bagi anak dari kaum marjinal secara gratis, menjadi misi utama dari sekolah ini.
“Sekolah Kristen Kabar Baik itu adalah sebuah sekolah misi yang banyak menerima murid-murid marjinal di dalamnya. Marjinal itu dalam artian secara perekonomian menengah ke bawah,” jelas Irwan.
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, pada tahun 2011 sebuah kelompok baca, tulis dan berhitung dibentuk untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga berlatar belakang kurang mampu. Di tahun 2012 barulah sekolah didirikan mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak hingga tingkat Sekolah Dasar, berlokasi di Harapan Baru Regency, Kota Bekasi.
Sejak berdiri hingga saat ini Sekolah Kristen Kabar Baik belum memiliki tempat permanen untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Sebagai lokasi sementara pihak yayasan menyewa dua buah ruko dan menempati satu unit rumah untuk penyelenggaraan kegiatan pendidikan, dengan besaran uang sewa mencapai 85 juta Rupiah pertahun.
Namun kabar yang tidak baik harus mereka terima di tahun 2023 ini, karena salah satu ruko yang ditempati akan dijual oleh sang pemilik, dan unit ruko lainnya akan dipergunakan oleh pemberi sewa. Kondisi ini diperburuk pula dengan keadaan rumah yang mereka tempati, karena mengalami keruntuhan di bagian atap.
“Selama 12 tahun sekolah ini berdiri, kami tidak punya gedung sendiri,” ungkap Irwan.
Harapan dan cita-cita para murid menjadi motivasi kuat bagi segenap pendiri dan relawan di Sekolah Kristen Kabar Baik untuk bisa merealisasikan gedung sekolah milik mereka sendiri. Di momen Gala Dinner dan Fund Raising inilah mereka menantikan hati para dermawan untuk tergerak ikut membangun dan memelihara harapan dari para generasi penerus bangsa di masa mendatang.
“Terima kasih sudah datang di acara Charity Kabar Baik. Terima kasih sudah menjadi jawaban dari harapan kami untuk memiliki gedung sekolah yang baru. Selamat menikmati sukacita malam ini bersama kami ya, om dan tante,” tulis harapan dari Kenzo, murid kelas IV Sekolah Kristen Kabar Baik, yang ditujukan bagi para donatur. (Ron)