Kilometer.co-Jakarta-Sepanjang pandemi ini berlangsung banyak para hamba Tuhan atau pendeta berpulang, salah satu yang dipanggil pulang kembali ke sang pencipta, adalag tokoh besar gereja aliran Pantekosta yakni Pdt Dr Jacob Nahuway Senin 1 Februari. Sontak kabar duka ini membuat banyak orang terkejut terutama keluarga besar Gereja Mawar Sharon di mana Pdt Jacob sebagai gembala seniorn sekaligus pendiri gereja terbesar di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara ini.
Demikian juga dengan berpulangnya pendeta yang terkenal dengan kotbah-kotbahnya yang segar penuh humor segar, namun sangat mengena bagi jemaat yang mendengarnya juga dirasakan keluarga besar Persekutuan Gereja Pentekosta Indonesia (PGPI) di mana Pdt Jacob sebagai ketua umumnya.
Demikian juga juga dengan keluarga besar Gereja Bethel Indonesia di mana Pdt Jacob banyak menorehkan jejak yang sangat baik demi kemajuan pelayanan gereja terbesar di Indonesia semasa menjabat ketua umum sinode GBI hingga dua periode ini. Lalu seperti apa Pdt Jacob Nahuway di mata Pdt Dr Mulyadi Suleman gembala sidang gereja GSPDI Bellezza Permata Hijau yang juga mantan ketua umum sinode GSPDI serta salah satu ketua Pengurus Pusat di lembaga aras PGPI ini.
Pertama Mulyadi berujar kepergian pendeta Jacob adalah kehilangan sosok atau tokoh panutan yang selama ini menginspirasi dirinya dalam melayani terutama sebagai gembala jemaat. “Saya yang terlahir bukan sebagai orang Kristen, namun ketika bertobat dan melayani Tuhan , orang yang menjadi contoh dan teladan dalam hidup pelayanannya salah satunya Pdt. Jacob Nahuway”, saksinya bersaksi.
Sekalipun diakui pdt yang selalu bernampilan tenang dan ramah ini, melihat sosok pdt Jacob Nahuway hanya dari jauh, namun melalui kaset-kaset kotbahnya yang selalu didengarnya dan buku-buku karangan Pdt. Jacob Nahuway yang dijual , Mulyadi banyak belajar bagaimana menafsirkan firman Tuhan, serta cara berkotbah dengan cara sederhana tetapi aplikatif.
Perkenalannya dengan sosok pdt yang humoris Jacob Nahuway baru setelah bersama-sama pelayanan di PGPI, tahun 2013 di mana Pdt Jacob menjadi ketua umum, sedangkan dirinya sebagai salah satu ketua. Berangkat dari kebersamaan di PGPI itulah menjadi lebih akrab apalagi seringnya berjumpa dalam rapat-rapat pengurus.
Masih ingat betul bagaimana Pdt Jacob selaku ketua umum selalu meminta dirinya menceritakan hubungan dengan lintas lembaga, memang saat itu posisinya menangani masalah hubungan dengan lintas lembaga.
Makanya pak Jacob banyak bertanya mengenai hal hubungan lintas lembaga tersebut, juga secara tidak langsung bagaimana pdt Jacob mengikuti perkembangan Forum komunikasi Kristen Indonesia (FUKRI) sebuah forum yang menjadi wadah antar aras antaranya KWI, PGPI , PGI, PGLII, Baptis, Bala Keselamatan, Advent dan Ortodox.
Sepanjang tujuh hingga delapan tahun bersama melayani di PGPI hingga hubungan dengan Pdt Jacob lebih dekat, Pdt Jacob memang banyak menginspirasi, seperti cara berkomunikasi lalu bagaimana caranya menghadapi masalah-masalah serta memberlakukan anak buahnya serta keluarganya.
Menurut Pdt Mulyadi Suleman, Pdt Jacob Nahuway sangat Pantekosta, yang diakatakan pantekosta lama di tandai dengan lagu-lagu pantekostanya yang khas. Selain itu yang menginspirasinya adalah bagaimana Pdt Jacob Nahuway dengan visi besarnya, memiliki cita-cita bangun gereja terbesar di Indonesia dan juga berani menghadapi banyak hal.
Maka kalau gerejnya di Kelapa Gading yakni gereja Dom Mawar Sharon itu ada, semata karena keberanian dan visi besarnya akan pelayanan gereja. Oleh karena Mulyadi meyakini dengan melihat sosok pdt Jacob ini, jika seseorang itu memiliki visi yang sungguh-sungguh itu pasti bisa terjadi. Disisi lain dengan visi
besarnya Pdt Jacob memiliki kerendahan hati.
”Waktu itu kami bersama para pemimpin berkunjung ke gerejanya yang ketika itu masih dibangun, lalu Pdt Jacob meminta kepada kami untuk mendoakan agar apa yang dikerjakan membangun gereja itu bisa terjadi dan rampung dan terlebih kehadiran gereja itu menjadi berkat”, saksi Mulyadi mengenang.
Kerendahan hati dari seorang pemimpin besar dan seorang gembala yang dengan jemaat nya ribuan tetapi tetap meminta kami untuk mendoakan padahal jauh lebih kecil dibanding dengan kiprah pelayanan pdt Jacob ini.
Selanjutnya terang Mulyadi, di mana pdt Jacob memiliki prinsip yang kuat, terbukti dengan prinsipnya ini tak akan pernah bisa digoyahkan bahkan ketika didebatpun Pdt Jacob akan mempertahankan prinsipnya dengan kepiawaiaanya memberikan alasan-alasan yang tepat tanpa ada pemaksaan terhadap orang-orang yang tidak setuju atas prinsipnya.
Seperti pandangan politiknya yang terkadang banyak bertentangan dengan yang lain, tetapi tetap ditabraknya hingga beberapa kali menjadi perbincangan umat atas sikapnya tersebut. Namun Pdt Jacob juga seorang yang perfeksionis hingga betul-betul melihat secara detil sehingga semua program dan hasil kerja dari PGPI selalu diperiksa dan ditelitinya. Seperti terbitnya majalah PGPI selalu diperiksa dulu sebelum diterbitkan bukan itu saja tetapi saat proses demi proses penerbitanpun selalu diikuti dan dipantau.
Demikian juga saat pembangunan kantor PGPI , Pdt Jacob selalu menelitinya dan mengawasi dengan serius sangat perfeck, sekalipun tetap mampu mendelegasikan tugas dengan baik. Mulyadi sangat paham karena berkaitan dengan tugasnya dalam menjalin hubungan dengan aras ataupun antar lembaga lainnya. Pelayanan secara oikumenis memang sangat diperhatikan sekalipun Pdt Jacob tidak terlalu suka berkumpul ataupun ngobrol-ngobrol karena Pdt Jacob lebih senang mengerjakan sesuatu yang berdampak demi hormat dan kemuliaan Tuhan.
Sedangkan kalau tugas-tugasnya lebih banyak didelegasikan kepada wakil-wakilnya untuk berkomunikasikan oleh aras.
Meninggalnya Pdt Jacob Nahuway lanjut Mulyadi tentu kehilangan seorang tokoh pahlawan iman yang lebih senior dan juga teman dan sahabat berdiskusi yang seringkali memberikan pandangan yang luas mengenai banyak hal , situasi dunia, sekeluer, bisnis dan budaya terutama tentang teologinya.
Mengenai kondisi PGPI sendiri, pasca Jacob akan berkembang lebih baik, karena berkat Pdt Jacob yang telah mewariskan kesatuan serta mempersatukan PGPI seluruh Indonesia. Apalagi dengan tersedianya kantor pusat PGPI, sedangkan untuk kelanjutan pelayanan gereja, Pdt Johanes Nahuway akan mampu meneruskan kiprah sang ayah.
Demikian pula sebagai generasi muda PGPI akan mampu mendorong PGPI sebagai aras gereja yang semakin berdapak bagi bangsa dan negara masa-masa mendatang. Pdt Mulyadi berdoa agar ibu Rina dan anak-anak tertama Pdt Johanes Nahuway bisa meneruskan dalam penggembalaan gereja GBI Mawar Sharon, pungkasnya.