Hari ibu berangkat dari keberanian kaum ibu dalam menjalankan fungsinya sebagai perempuan dalam perjuangan bangsa dan juga menaikan derajatnya. Dari ibu pula banyak hal yang bisa memberikan inspirasi, demikian pula belakangan ini peran perempuan sangat diperhitungkan bahkan ada pepatah keberhasilan seorang pria tak terlepas dari perempuan di belakangnya, rupanya ini berlaku dengan Pdt Dr. Ronny Mandang dua periode menjabat ketua umum Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII). Kalau kekuatan dan kemampuan Pdt Ronny itu ada tak lepas dari peran Deetje Mandang sang isteri yang membantu menggembalakan jemaat GKRI Karmel Permata Hijau, Jakarta Selatan.
Deetje dalam rangka memperingati hari ibu ini, dan mengenang kembali bagaimana peran ibu, bercerita bahwa dirinya terlahir dari Sembilan saudara dari seorang anak tentara.
“Saya terlahir dari keluarga besar yang sederhana dengan sembilan bersaudara dari ayah seorang tentara, pekerja keras penuh dislipin dan ibu dari suku Jawa dengan lemah lembut sekali pada anak-anaknya”, ujarnya mengawali bincang sore itu.
Kesannya terhadap ibunya ketika itu, Deetje mengingat betul bagaimana sang Ibu selalu menberikan nasihat agar anaknya hidup didalam Tuhan, selain itu ibu juga acapkali memberi contoh terhadap anak-anaknya, dengan sikap ibu yang lemah lembut tetapi tegas itu, sehingga kami anak-anaknya selalu ingat serta takut akan sang ibu.
Deetje masih lekat dalam memorinya bagaimana kebiasaan sang ibu ketika itu, di mana, setiap pagi ibunya selalu bangun pagi-pagi, rutin yang dikerjakan sang ibu antaranya memandikan anak-anaknya, lalu mencuci pakaian serta membuat sarapan untuk sekeluarga.
Dari apa yang dilakukan sang ibu hingga kini menjadi contoh bagi anak-anak termasuk dirinya. “Kami anaknya bekerja setiap pagi, saat saya masih kecil kelas lima sekolah dasar sudah nyuci baju sendiri termasuk bagi dari saudara-saudara, padahal saat itu belum ada air PAM atau KRAN jadi harus menimba air sumur”, ungkapnya.
Atas apa yang dilakukan ibu itu, semua itu diteladankan bagi anak-anaknya, dan kebiasaan atau teladan ibu itulah hingga sekarang terbawa dalam kehidupan keluarga.
Peran Terhadap Suami
Dalam mengemban tugas mendampingi suami, yakni Pdt Dr Ronny Mandang sebagai ketua umum PGLII sebuah organisasi aras gereja besar, di mana dalam menjalankan tugas pelayanannya sebagai ketua umum penuh dengan pergumulan serta tantangan, tetapi dengan kehadirannya di samping sang suami kalau memang Tuhan yang memilih seberat apapun tantangannya tidak bisa menolak dan Tuhan perlengkapi.
“Dalam mencapai posisi sebagai ketua umum PGLII pasti ada yang suka maupun tidak dan semua itu kita harus terima karena apa yang kita jalankan itu kita yakin bahwa Allah berjalan bersama kita. asal kita jujur dan setia dihadapan Tuhan” ungkap Ibu dari empat anak ini tegas.
Ketika ditanyakan kegiatan sang suami saat pandemic, Deetje mengatakan kalau saat ini sang suami tetap sibuk sekalipun di rumah dengan berbagai kegiatan melalui zoom meeting. Malah terkadang tidurnya dua atau tiga jam saja sedangkan pagi hari bangun terus bekerja lagi.
Terhadap apa yang dikerjakan sang suami, Deetje menegaskan bahwa menurut sang suami ini sesuatu yang Tuhan percayakan, dan harus dikerjakan dengan sebaik mungkin, hal itu dibuktikan saat diberikan tugas suami akan melakukan dengan sebaik-baiknya.
Seperti belum lama ini saat peristiwa di Sigi, sebagai ketua umum sang suami turun langsung kesana, sekalipun dengan penuh kesulitan dengan medan yang sulitpun, karena tugasnya membantu menolong mereka umat Kristen sebagai tubuh Kristus tanpa harus melihat dari aras mana .
Menarik terang Deetje, sekalipun diluar sebagai tokoh gereja, namun ketika di rumah dan melihat dirinya kecapean dia siap turun tangan membantu, karena memang sudah sekian puluh tahun tak memiliki pembantu, tak segan bekerja di rumah membantu seperti menyeterika dan sebagainya, sehingga pekerjaan rumah tangga bisa diselesaikan dengan cepat karena saling membantu.
Kebiasaan sebagai ibu dan isteri tugas yang dikerjakan dari sejak kecil anak-anaknya sudah terbiasa bangun pagi menyiapkan segala kebutuhan anak-anak waktu itu sekolah.
Saat pandemic seperti saat ini banyak hamba-hamba Tuhan yang mengeluh, keluhaan para hamba Tuhan baik melalui WA maupun telepon tak jarang membuat sang suami (Ronny Mandang) menangis. Kenapa, karena memang tak bisa membantu apalagi kondisi PGLII yang juga tak ada uang. Namun sebagai isteri selalu memberikan masukan untuk membantu dalam doa, karena dengan doa yang sungguh-sungguh Tuhan akan mendengarkannya.
Itulah tugasnya sebagai ibu dan isteri dari ketua umum PGLII saling bantu membantu agar semua berjalan dengan baik. Mengenai perasaan kesal atau bagaimana dalam rumah tangga baik dengan suami dan anak-anak, namun satu hal semua itu harus diselesaikan sebelum matahari terbenam.
Selaku isteri merasa bangga, bagaimana sang suami itu sangat mudah sekali mengucapkan permintaan maaf sekalipun kadang tidak bersalah. Sebagai ibu memang kadang dibilang cerewet, tetapi yaitulah tugas ibu, bagaimana mungkin anak-anaknya nakal, pulang malam lalu diam saja. Karena memang tugas seorang ibu harus selalu mengingatkan anak-anak dimanapun mereka berada.
Anak-anak tahu kebiasaannya bagaimana tiap pagi berdoa dan dalam doa itupun disebut nama anak-anaknya satu persatu. Deetje mengingat terus apa yang dikatakan sang ibu ketika itu dimana kalau kita percaya dan mempercayakan sepenuhnya kepada Tuhan tak perlu ada takut yang berlebihan. Takut memang boleh tetapi yang tak boleh takut berlebihan karena memang ada Tuhan.
Sepanjang pernikahan dari tahun 1987 berumah tangga pasang surutnya kehidupan dilaluinya, karena yakin kalau semua iu boleh terjadi semua atas kehendakNya, percayalah Tuhan akan memberikan jalan keluar.
Pesanya pada ibu-ibu muda, mari kita hidup saleh sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, menjadi teladan bagi anak-anak kita dalam doa dan beribadah, dan dalam ketaatan kepada Tuhan Yesus., pungkasnya.