Kilometer.co.id Jakarta Demi masa depan, dari masa lalu yang penuh petuah. Telah tercatat dalam berbagai manuskrip bagaimana Nusantara purba telah berjaya. Sebagaimana dituturkan oleh Plato dalam “Temaeus” dan “Critias”; dikaji dan ditulis oleh ilmuan Stephen Oppenheimer dalam buku “Eden of The East”; juga oleh Arysio Santos dalam “Atlantis–The Lost Continent Finally Found”; serta deskripsi dari Samantho di buku “Peradaban Atlantis Nusantara.” Manuskrip itu mengisahkan bahwa pada puncaknya, Atlantis adalah peradaban zaman keemasan yang mulia, dengan tentara dan armada yang kuat. Tentara yang membela rakyatnya: bukan centeng oligarkis apalagi kolonial.
Ini adalah peradaban yang kaya akan sumber daya alam dan kaya dari perdagangan bangsa-bangsa di dunia.
Telah dikisahkan begitu mulia dan makmurnya peradaban tersebut. Atlantis adalah peradaban kesederajatan yang berada di antara sungai dan pegunungan; disemai dalam kepercayaan pada hal ghaib; dimodernkan oleh spiritual dan percaya pada kejuangan; dipenuhi keanekaragaman hayati; dicukupkan dengan keberlimpahan moral dan akhlak memberi.
Secara geografis, Atlantis adalah yang tempat sempurna yang memberikan alam dan suasana yang memungkinkan untuk berkembangnya suatu peradaban besar.
Seperti yang diceritakan oleh Plato dalam naskah Teameus dan Critias, Atlantis berada dalam benua yang penuh tumbuhan, materi, sinar mentari, udara yang bersahabat, dan malam yang romantis, mereka membangun peradaban yang berkembang pesat. Integrasi tempat tinggalnya mereplikasi theo-antro-eco centris (hubungan saling menguatkan antara tuhan-manusia-alam secara sinergis).
Mereka juga menemukan dan menggunakan ilmu-ilmu yang berkembang canggih dan mempertinggi kemanusiaan.
Penemuan budaya leluhur dan filosofinya pada akhirnya memperkaya manusia Atlantis menjadi manusia spiritualis yang menyebarkannya ke seluruh dunia. Inilah benua asal-muasal agama dan kebudayaan. Atlantis adalah sumber dari berbagai sistem nilai dan spiritual yang tersebar di berbagai belahan dunia. Peradaban yang menjadi induk dari semua peradaban dunia.
Manuskrip tersebut mengisahkan soal penting. Soal surga di timur (Eden of the East) yang beriklim tropis penuh dengan segala jenis keindahan dan kekayaan: daratan-daratan yang luas dan ladang-ladang yang indah, lembah dan gunung-gunung; batu-batu permata dan logam dari berbagai jenis; kayu-kayu wangi, wewangian, dan bahan celup yang sangat tinggi nilainya; sungai-sungai, danau-danau, dan irigasi yang melimpah; pertanian yang paling produktif; istana-istana bertabur emas, tembok perak, dan benteng; gajah dan segala jenis binatang buas yang sangat beragam.
Walaupun telah mencapai puncak peradaban, Atlantis kini telah musnah dan hilang. Benua ini hilang karena bencana alam dan dekadensi moral penghuninya.
Benua tersebut mewariskan prototipe makhluk manusia sempurna yang seluruh hidupnya memanusiakan sekitarnya. Atlantis adalah masa lalu, namun hikmahnya bisa kita ambil sebagai pelajaran untuk menulai masa depan.
Apakah ajaran utama dari peradaban Atlantis? Jika dikristalisasi dan diringkas, dari peradaban unggul tersebut terdapat ‘lima wawasan dalam lima kejuangan’ yang bisa menjadi roadmap kemajuan Indonesia kini.
Pertama, wawasan keberlimpahan energi. Kedua, wawasan keberlimpahan spiritual. Ketiga, wawasan keberlimpahan persatuan. Keempat, wawasan keberlimpahan kepemimpinan musyawarah. Kelima, wawasan keberlimpahan keadilan sosial.
Kelima nilai tersebut adalah sari pati dari peradaban Atlantis. Sebuah sistem moral yang mampu menjadi pondasi atas berdirinya peradaban terbesar. Sebagai masa lalu, nilai-nilai terebut adalah sejarah. Namun sebagai sejarah, nilai-nilai itu bisa menjadi pelajaran untuk Indonesia kini.(*)
Penulis adalah
Yudhie Haryono
Rektor Universitas Nusantara