Indonesia Mampu Membangun Ketahanan Pangan

Kilometer.co.id Jakarta Secara badani saat ini terkungkung di balik tembok, namun bukan dengan pemikiran dan cita-cita luhurnya untuk memajukan negeri ini, tetaplah menyala. Syaykh Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang Pimpinan Pondok Pesantren Ma’had Al Zaytun tepatnya di desa Mekar Jaya, Kelurahan Gantar Indramayu Jawa Barat. Pesantren modern yang menempati lahan 1.200 hektar didirikan 13 Agustus 1996 diresmikan Presiden ke III Republik Indonesia Bj. Habibie. Pompes Al Zaytun, kiprahnya dalam membangun lembaga pendidikan berbasis pesantren tak perlu diragukan lagi, Sekitar 6000-an santri mondok di tempat yang asri nan teduh.

Pompes Al Zaytun kebesarannya tak lepas dari jerih lelah Syaykh Panji Gumilang yang menerapkan pendidikan berbasis holistic, bagaimana santri tidak hanya mendapatkan ilmu saja tetapi juga diajak melihat dan merasakan langsung bagaimana denyut nadi kehidupan lingkungan dan masyarakatnya.

Tahun ini Pompes Al Zaytun memasuki usianya yang ke seperempat abad atau 25 Tahun. Rentang usia yang bisa diikatakan sudah memasuki usia seorang pemuda ini tentu sudah dikatakan dewasa.

Siang itu kami berkesempatan bincang dengan Syaykh di sebuah tempat, dalam perbincangan tersebut masih terpancar semangat yang begitu menggelora. Padahal dengan kondisinya yang mungkin sebagian orang bisa mengatakan tidak baik-baik saja, tetapi nyatanya tak mengurangi semangatnya untuk membicarakan tentang Indonesia kuat dan berdaulat.

“Bangsa kita ini segalanya punya, hanya butuh seorang leader yang kuat yang mau membuat kebijakan untuk kesejahteraan rakyatnya. Saya yakin dengan kemampuan Indonesia ini kita bisa berdaulat pangan atau ketahanan pangan”, ujarnya semangat.

Apa yang dilakukan Syaykh ini bisa dikatakan menghidupi semboyan Bunda Theresia, daripada mengutuki kegelapan, lebih baik nyalakan lilin sekalipun kecil. Bayangkan selama 25 tahun bagaimana Pompes berjuang untuk negeri dengan membekali anak-anak menjadi cerdas melalui sekolah. Selain itu Pompes Al Zaytun yang menerapkan swasemba pangan melalui pertanian, perikanan dan lain sebagainya.

Namun, bukannya mendapatkan dukungan dari pemerintah malah saat ini Syaykh diperlakukan tidak adil dengan tuduhan sebagai penista agama dan pencucian uang. Akibat tuduhan itulah hari-harinya saat ini dijalani di balik tembok tahanan.

Menariknya sekalipun mendapatkan perlakuan yang tidak adil, jiwa pejuangnya terlihat jelas, bukannya mengeluh dan memberontak atas apa yang ditimpakannya. Tetapi justru semakin tertantang untuk membuktikan bahwa Indonesia masih punya harapan. Kalau saat ini mengalami situasi seperti ini, Syaykh menganggap itu hanyalah dinamika sebuah perjuangan. Prinsipnya tetap bergerak untuk apa yang dicita-citakannya.

Kembali kepada ketahanan pangan, berdasarkan pengalamannya mengelola pompes selama 25 tahun, Syaykh bisa mencukupi makan bagi para santrinya 2 ton dalam sehari dengan menggarap sawah yang dia miliki di areal Pompes Al Zaytun. Artinya apa yang disampaikan Syaykh tentang ketahanan pangan bukan sekedar omon-omon atau teori tetapi sudah dipraktekan.

Sepuluh Tahun Targetnya

Saat ini Indonesia mengimpor beras dengan besar anggaran 4,4 Trilyun, menurut Syaykh hal ini bisa dialihkan dengan cara menggarap sawah para petani itu sendiri. Caranya sawah para petani di sewa dengan tetap memperkerjakan mereka untuk menggarap sawah. Dengan sistem pertanian modern seperti yang diterapkan di Al Zaytun, Syayk yakin selama 10 tahun Indonesia sudah mampu mandiri bahkan mampu menghidupi bangsa-bangsa lain.

Untuk itu memang dibutuhkan kemauan pemerintah untuk berani membuat terobosan dalam membuat kebijakan tersebut. Diakui Syaykh banyak anak bangsa ini yang memiliki kemampuan dan pemikiran yang berlian namun ruang kebijakan pemerintah tak memberikan kesempatan tersebut.

Tetapi semua kondisi ini tak sedikitpun membuat Syaykh undur dan patah arang, dengan prinsip tetap berbuat saja, sembari meyakini bahwa apa yang diimpikan ini kan terwujud. Bagaimana Syaykh melihat negaranya sejahtera adil dan makmur dengan memanfaatkan kekuatan apa yang dimiliki (Remontada) kekuatan dari dalam.

Dalam rangka menyambut HUT Ke 25 Al Zaytun rencananya akan mengundang pakar atau orang yang peduli terhadap bangsa ini dengan menggelar seminar yang dimulai 24- 26 dilanjutkan 27 Agustus untuk mendengar hasil dari seminar tersebut.

Seminar dengan mengangkat tema tentang EPOLEKSOSBUD HAMKAM dari Al Zaytun untuk Indonesia ini, akan mendengar paparan para narasumber yang sesuai dengan bidangnya sebagai masukan Al Zaytun dalam menata dan membangun ke depan.

Diharapkan dengan apa yang dlakukan Al Zaytun mampu memberikan inspirasi bagi negeri ini agar bangkit dan percaya diri membangun bangsanya. Dengan terlebih dahulu mengutamakan pembangunan ketahanan pangan. Karena pangan ini menjadi pokok dari sebuah bangsa agar mampu bertahan dan mengembangkan potensinya untuk membangun bangsa menuju Pancasila yang hakiki. MERDEKA

Oleh Yusuf Mujiono

Wartawan Majalah GAHARU