Memberi Dari Pemberian

Jakarta kilometer.co.id Manusia sebagai makluk sosial  selalu melakukan interaksi dengan manusia lainnya, seseorang manusia tidak dapat mencapai apa yang ia inginkan tanpa bantuan dari manusia lain. Berangkat dari sifat manusia yang membutuhkan manusia lain, bisa dikatakan sifat adikodrati sudah menempel pada tiap pribadi manusia.

Kalaupun ada cerita dalam film Deni manusia ikan atau Tarzan waktu tahun 80-90an dan sebagainya namun dari cerita kedua-duanyapun membutuhkan sesama dalam melakukan interaksi.

Dari sifat manusia sebagai makluk sosial inilah kemudian muncul dalam diri manusia dalam mewujudkan interaksinya tersebut  antaranya  gotong royong atau kerjasama, sopan santun dalam lingkungan masyarakat, berkelompok, menjaga baik dengan lingkungan dan memiliki empati dan simpati pada sesama.

Sebenarnya dengan sifat-sifat kemanusiaan sebagai makluk sosial yang ada pada diri kita ini sudah menjadi modal dasar dalam membangun kebersamaan dan mendukung satu dengan yang lainnya.

Nah, ketika banyak dari kita menyadari itu semua, maka yang namanya  gap atau pemisah antara si kaya dan miskin itu akan terkikis sehingga pemerataan itu akan terwujud. Rasanya tidak sulit karena manusia sebagai makluk sosial sikap saling membantu dan tolong menolong itu sudah ada.

Apalagi dengan datangnya ajaran agama baik dalam agama Islam, Kristen bahkan semua agama dan penghayat memberi penekanan kembali akan hidup yang saling tolong menolong. Di Islam dikatakan hal tentang Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.

Demikian pula dalam kitab agama Kristen hendaklah kamu saling menanggung beban yang ada di antara kamu, karena dengan demikian kamu memenuhi hukum Al-Masih dalam Galatia 6:2.

Namun dalam kenyataannya apa yang seharusnya dilakukan sebagai makluk sosial itu jauh dari kenyataan. Dan  yang kita lihat saat ini orang hidup hedonis dan cenderung egois, termasuk pola keberagamaannya. Sehingga manusia hanya sibuk memenuhi ambisi dan kepentingan diri sendiri, melupakan manusia sebagai makluk sosial yang memiliki simpati dan empati.

Lewat puisi atau syairnya,  WS Rendra dalam puisi terakhir tentang kehidupan ada sepenggal syairnya yang menyentuh hati ketika membacanya, di mana dalam puisinya berisi.

“Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU. Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH … Sebab aku yakin….

ENGKAU akan memberikan anugerah dalam hidupku … KEHENDAKMU adalah yang ter BAIK bagiku ..
Ketika aku ingin hidup KAYA, aku lupa, bahwa HIDUP itu sendiri adalah sebuah KEKAYAAN.
Ketika aku berat untuk MEMBERI, aku lupa, bahwa SEMUA yang aku miliki juga adalah PEMBERIAN.

Apa yang ada pada syair WS Rendra ini menjadi perenungan kita semua, karena sejatinya apa yang kita miliki ini hanyalah pemberian dan titipan. Pdt Erastus Sabdono selalu mengingatkan orang sekaya apapun ketika nyawa ini lepas dari raga semua kekayaan itu akan hilang seketika. Lantas kalau seperti itu adanya, kenapa kita pelit untuk mengulurkan tangan.

Apakah dengan memberi lalu kita jadi miskin dan berkurang harta, pepatah air sumur timba mungkin bisa sebagai bahan renungan. Ketika air sumur itu tak pernah diambil airnya, sumurpun tak pernah meluber airnya malah yang terjadi airnya akan beracun dan tak memberi kehidupan, tetapi kalaupun air sumur ditimba tiap hari toh juga akan tetap debit airnya.

Lalu ada juga yang berpikir memberi itu nanti kalau sudah ada rejeki lebih, Yesus saat bercerita tentang si janda yang memberikan persembahan. Dia katakan dia memberi bukan dari kelebihan tetapi memberi dari kekurangan. Bisa dibayangkan, ketika semua banyak dari kita memiliki hati yang memberi dengan memahami apa yang kita berikan itu juga dari pemberianNya.

Maka akan menjadi sebuah gerakan besar yang berbentuk lingkaran yang saling terhubung jika si Ahmad memberi kepada si Benny, lalu Benny memberikan kepada si Cinta dan si Cinta memberi kepada Ahmad inilah yang kan menjadi sebuah lingkaran yang saling tolong menolong.

Dengan kesadaran bersama sebagai makluk sosial inilah yang akan membuat kehidupan manusia akan lebih baik dan lebih memperhatikan karena didorong sikap simpati dan empati yang merupakan bagian dari ciri sebagai makluk sosial itu sendiri.  Selamat memberi.

Oleh Yusuf Mujiono

Penggiat media

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *