Kilometer.co.id Jakarta Perpolitikan tanah air tensinya makin meninggi, situasi ini disebabkan parpol yang semakin sibuk membangun koalisi untuk mengusung capres dan cawapres 2024. Dua partai yang sudah mendeklarasikan capresnya yakni PDI Perjuangan dengan Capresnya Ganjar Pranowo dan Nasdem dengan Anies dan Muhaimin Iskandar. Sementara Prabowo Subianto yang di gadang partai Gerindra belum juga mendeklarasikan diri, sekalipun banyak di dukung untuk maju kembali menjadi capres yang ketiga kalinya.
Dengan belum deklarasi resmi Prabowo sebagai capres banyak suara rakyat yang berharap antara Ganjar dan Prabowo (GP) menjadi satu paket, dengan demikian tontonan politik ini bisa diperpendek durasinya. Perkara siapa nomor satu dan siapa nomor dua kita serahkan saja sama yang punya partai. Kalaupun suara-suara ini dianggap mengantur partai itu urusan yang punya partai.
Bagi yang berharap duet GP ini menurut suara rakyat ada beberapa pertimbangan, pertama toh dua-duanya mengaku mengklein dirinya sebagai kelanjutan Presiden Joko Widodo. Dari apa yang mereka sampaikan narasinya selalu siap melanjutkan program Jokowi. Nah, kalau memang tujuan sama serta mengklein mereka kelanjutan dari Jokowi, maka dengan mereka bersatu dan bekerja bersama-sama akan memberikan kekuatan yang lebih agar pembangunan yang sudah ditorehkan pak Jokowi ini segera terselesaikan.
Kemudian pertimbangan selanjutnya adalah dengan bersatunya Ganjar Prabowo (GP) dipastikan hanya satu putaran. Jika hanya satu putaran, pertama bisa menghemat biaya berdasarkan rilis KPU biaya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden hampir mencapai 100 trilyun.
Disisi lain demokrasi memang pilar utama, namun karena masyarakat dalam menyikapi pesta demokrasi belum dewasa terkadang jika pilpres diadakan terlalu panjang, akan semakin memperuncing perbedaan dan perpecahan, dan ini sangat membahayakan bagi kerukunan bangsa dan negara.
Belajar dari pilpres tahun 2019, dampaknya masih terasa hingga kini, padahal mereka yang bertanding saat pilpres sudah duduk semeja. Luka, akibat beda pilihan ini yang harusnya menjadi bahan pertimbangan semua tokoh negeri ini. Kalau memang benar memperjuangkan kepentingan rakyat, harusnya legowo dan mencari jalan yang terbaik untuk persatuan dan kesejahteraan bangsa.
Melanjutkan Pembangunan
Pandangan untuk bersatu GP ini sekaligus menguji kenegarawanan mereka, apakah mereka benar berjuang untuk kemajuan bangsa atau sekedar retorika. Kalau benar demi kepentingan masyarakat bukan demi partainya apalagi untuk keuntungan pribadi, maka disinilah membuktikannya.
Rakyat membutuhkan karya nyata dari pemimpin pemimpinnya, tontonan maraknya korupsi perlu menjadi perhatian khusus. Budaya korupsi yang dilakukan pejabat negara sangat menyakitkan rakyat. Bagaimana di tengah pergulatan ekonomi yang belakangan ini semakin menghimpit namun pejabat yang harusnya bertanggung jawab memakmurkan masyarakat justru korupsi.
Maka, kalau pilpres ini bisa diperpendek hanya satu putaran ,bisa diartikan modal politiknya lebih efisien. Karena korupsi yang terjadi ada indikasi politik biaya tinggi, maka ketika menjabat mereka ini akan berupaya mengembalikan modal dengan cara memainkan anggaran dengan korupsi tersebut. Saatnya kita tunggu banyak lahir negarawan di bumi nusatara ini
Penulis Yusuf Mujiono Pemimpin Umum Majalah GAHARU