Kilometer-Jakarta-Tranforming Indonesia Movement (TIM) merupakan suatu wadah yang di komandani Pdt. Ronald Tampubolon yang saat ini juga tercatat sebagai gembala gereja Bethel Indonesia. Menurut Ronalh TIM ini keberadaan sudah sekitar tahun 2018 di Indonesia, hanya memang aplikasi di lapangan agak unik.
Lanjutnya bahwa gerakan 7 spheres ada di Indonesia sejak tahun 2005, “tahun 2009 ketika itu bersama teman-teman ada di pengurusan pusat department pemuda dan anak, kemudian membuat program yaitu program bagaimana menggarami tujuh bidang atau 7 Spheres, antaranya Art, Sport dan Enterteiment, Business, Churd, Delevered of Media, Education, Family dan Goverment terang gembala GBI ini.
Jadi jelas hadirnya TIM semata untuk mewarnai dan menggarami kehidupan berbangsa dengan sasaran tujuh bidang, dilatarbelakangi dengan melihat bahwa peran gereja lebih bergerak di internal dalam gereja saja, sedangkan melalui TIM ini akan lebih luwes bergerak di berbagai bidang lain.
Memang awalnya tidak mudah memperkenalkan TIM ini, karena banyak yang tidak mengerti malah ada yang menolak program-program ini. Padahal hematnya dibentuknya TIM, untuk memperlengkapi peran gereja. Karena sama-sama tahu bahwa peran gereja lebih pada mengajar jemaat untuk hidup kudus dan takut Tuhan, dan memang itulah tugas gereja.
Sedangkan melalui TIM ini dalam kerangka untuk bagaimana melakukan panggilan agung itu. Artinya kalau gereja langsung turun ke tengah masyarakat yang berbhineka ini langsung membawakan amanat Agung itu menurut salah satu pengurus PGPI Jakarta ini agak sulit di terima masyarakat umum.
“Oleh sebab itu kita terus dengungkan dengan cara menggelar pelatihan agar bagaimana setiap orang-orang muda ini menemukan panggilan hidup mereka”, tukasnya mantab.
Melalui pelatihan di harapkan anak-anak menemukan passionnya. Lalu setelah itu TIM akan mengarahkan melalui pelatihan itu, dan sasarannya saat itu adalah anak-anak muda sejak SMP, SMA hingga perguruan tinggi .
Berbicara pergerakan TIM sendiri lanjut Ronald sudah dimulai tahun 2018 dengan melatih hampir sembilan ribu lebih generasi muda dari seluruh Indonesia dari tiga puluh dua propinsi. Artinya inilah bibit-bibit yang sudah dipersiapkan dan itu sekarang sudah ada .
Perlu diketahui bahwa TIM sendiri lembaga independent sekalipun memang kelahiranya di gagas oleh sebagian pengurus DPA GBI Periode 2013-2017. Namun dikarenakan saat pergantian Ketua DPA GBI di mana kepemimpinan yang baru memang tidak memprioritaskan program kearah 7 spheres.
Barulah pada tahun 2018 kemudian TIM memutuskan menjadi sebuah lembaga tersendiri, karena melihat masih banyak orang-orang yang sudah dilatih, sayang sekali kalau orang-orang yang sudah dilatih ini dibiarkan padahal mereka merasa diberkati, kemudian masih banyak juga orang-orang yang belum mendapatkan pelatihan, inilah yang menjadi pertimbangan kenapa kemudian TIM perlu dilembagakan maka lahirnya lembaga ini di tahun 2018.
Diakuinya bahwa kalau TIM akhirnya harus menjadi lembaga inilah cara Tuhan supaya TIM bisa lebih banyak merangkul lintas gereja. “Puji Tuhan sekarang ini pengurus TIM berasal dari berbagai sinode gereja”, tandasnya serius.
Kalau dulu ada pandangan bahwa TIM ini seakan bagian dari DPA GBI, bisa dimaklumi karena ketika itu banyak pengurusnya orang-orang GBI, sekali lagi TIM benar-benar sebuah lembaga independent berbeda dengan proses kelahiran GEMPAR Indonesia ketika itu, yang dilahirkan oleh DPA GBI untuk memberkati bangsa di spheres G, sebagai organisasi generasi muda tersebut diputuskan dalam rakernas, sedangkan TIM tidak demikian.
Program saat ini Politik dan Business
Selama ini gerakannya dengan memberikan pelatihan yang tujuannya mengarahkan anak-anak muda sesuai dengan bidang pilihannya, sifatnya lebih pada memberikan pembekalan, selanjutnya dengan bekal tersebut orang-orang yang dilatih akan menentukan sesuai dengan bidangnya, entah dibidang seni, media ataupun bisnis, maupun politik.
Menariknya saat ini TIM bukan saja membatasi pergerakan untuk anak-anak muda tetapi sudah merambah pada orang-orang senior, misalnya para hamba Tuhan yang secara usia sudah cukup. Namun mengingat mereka perlu dibekali terutama dalam memberikan kotbah, ataupu pengajaran melalui media maka mereka dilatih ataupun dibekali dengan mengoperasikan HP untuk mengambil gambar, membuat tulisan maupun juga cara membuat power point.
Memang seakan mudah itu bagi yang bisa tetapi bagi para pendeta senior banyak yang belum mengerti, makanya latihan ini menjadi penting utuk membekali mereka mengingat kondisi jaman yang sudah berbeda degan tehnologi.
“Beberapa kali kami menggelar pelatihan ternyata banyak respon para hamba Tuhan yang mengikutinya, dan mereka sangat terbantu dengan apa yang dilakukan TIM ini”, terang pendeta yang juga konsen dalam pendampingan gereja-gereja yang termarjinalkan ini.
Untuk mengefektifkan kinerja TIM ke depan akan lebih mengarahkan hubungan kerja sama dengan beberapa sinode, dengan Sinode GBI TIM misalnya saat ini bersinergi dengan Departemen Misi Transformasi Kreatif di bawah pimpinan pendeta Yohanes Nahuway, Nah salah satunya TIM lagi fokus ke bidang bisnis dan bidang politik atau goverment.
Memang bicara bidang bisnis TIM merasa perlu mendorong UMKM karena di bidang inilah masyarakat mampu survive, terbukti saat pandemic ini UMKM yang ada bertahan. Ke depan bersama gereja UMKM ini akan lebih digiatkan. Karena ketika jemaatnya diberdayakan melalui UMKM gereja kan menjadi kuat, sayang memang hingga saat ini gereja masih belum terbuka dengan pemberdayaan ekonomi jemaat melalui UMKM.
Selanjutnya mengingat permodalan ini banyak yang dikucurkan dari pemerintah, makanya gereja harus juga mau terbuka dengan bekerjasama dengan pemerintah. Kalau gereja terbuka prospek kedepan sangat bangus. “Jangan juga gereja hanya berfocus pada perpuluhan tetapi bukan memberdayakan ekonomi bagi mereka, bagaimana mungkin gereja dapat perpuluhan dan mendapat persembahan dengan baik kalau jemaatnya sendiri kerjanya kurang baik”, tandasnya serius. Oleh karena itu TIM mengajak gereja harus berperan disana untuk memberdayakan jemaat dan paling memungkinkan ya UMKM itu.
Kemudian di bidang politik saat Pileg tahun 2019 yang lalu, membekali kaum muda salah satunya TIM focus pada politik dan bekerja sama dengan beberapa partai politik dan dari sana ada beberapa yang berhasil menjadi anggota dewan. Harapannya kedepan akan ada pelatihan-pelatihan khusus Government yang akan dilakukan bekerjasama dengan GEMPAR Indonesia.
Perjuangan TIM saat ini kendala di dalam gereja, di mana gereja tidak bersinergi dengan pemerintah, sementara salah satu modal terbesar di bangsa ini adalah bekerjasama dengan pemerintah. Padahal di Pemerintahan sekarang banyak hal yang bisa kita dapatkan dalam bentuk pelatihan-pelatihan di berbagai bidang, pendanaan dan pendampingan, semua itu ada di pemerintah dan ini sangat minim disentuh oleh gereja .
Sangat jauh dibanding dengan saudara-saudara kita dari beragama Islam justru memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, misalnya Pesantren-pesantren justru semua bersinergi dengan pemerintah untuk memberikan pelatihan dan mereka lebih maju. Bukan hanya sumberdaya manusia aja yang maju tetapi secara ekonomi juga maju.
Diakui sedangkan di gereja ada kecenderungan takut terhadap pelatihan dari pemerintah. Menurutnya kita ini ada di republik ini dan seharusnya kita bersenergi dengan pemerintah. Tentu ini pekerjaan rumah tersendiri untuk meyakinkan gereja, dan tugas TIM lah yang harus meyakinkan gereja lalu menggulirkan juga. Bayangkan saja di lembaga PGPI sendiri datanya ada 14,5 juta jemaat, sedangkan jemaat GBI ada 3,8 juta jemaat, ini anggka yang sangat besar sekali untuk dipersiapkan dalam memberkati bangsa Indonesia.
Namun memang tidak semudah itu untuk meyakinkan gembala dan pendeta membuka diri untuk bekerjasama dengan pemerintah,namun mengingat potensi yang besar jemaat untuk bisa diberdayakan untuk diarahkan untuk UMKM, sebaiknya gereja segera menyambutnya.