Kilometer.co.id, Jakarta-Pandemi COVID-19 berdampak dari berbagai sektor kehidupan seperti ekonomi, sosial, termasuk juga pendidikan. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada Kamis (5/3) menyatakan bahwa, wabah virus corona telah berdampak terhadap sektor pendidikan. Hampir 300 juta siswa terganggu kegiatan sekolahnya di seluruh dunia dan terancam berdampak pada hak-hak pendidikan mereka di masa depan.
Termasuk pendidikan di Indonesia juga merasakan dampak dari covid 19 ini, karena kebijakan pelarangan berkumpul atau kerumunan masa.
Seberapa besar pengaruh covid 19 ini terhadap pendidikan di Indonesia, agar memperoleh gambaran media ini meminta tanggapan, Dr Donna Margaretha Sampaleng, praktisi pendidikan dan pemerhati budaya dan Tradisi Lisan khususnya Papua, apa dampak yang dirasakan di dunia pendidikan gegara virus corona ini.
“Saya kira sangat besar dampak dunia pendidikan, biasanya kita menghadapi perubahan besar secara bertahap, perubahan itu di level pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, tetapi ini tidak karena adanya virus ini perubahan menjadi menyeluruh mulai dari pendikan usia dini hingga ke pendidikan tinggi, inilah yang saya maksudkan dengan dampak sangat besar” tandas salah satu Ketua di STT IKAT ini.
Salah satu perubahan itu tegas perempuan ramah ini, proses belajar di rumah, ini seiring dengan himbauan pemerintah dan berlaku untuk semua termasuk mahasiswa, karena memang semua kegiatan yang sifatnya menghimpun orang banyak tidak boleh dilakukan untuk memutus rantai penyebaran covid-19 .
Menyikapi seruan pemerintah untuk belajar di rumah maka sepengetahuannya praktek pembelajaranya semua beralih ke pembelajaran berbasis online.
“Ada beberapa alumni STT IKAT yang sekarang menjadi guru taman kanak-kanak dan Paud ketika saya tanyakan mereka mengatakan bahwa semua tugas dan pengawasan dilakukan melalui online” terangnya doktor jebolan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ini.
Kembali kepada soal belajar di rumah, Donna melihat dua hal yaitu efisien dan efektif.
Dari sisi efisien mungkin bisa, karena dari sisi pemanfaatan tehnologi justru sangat membantu di masa sekarang ada sosial distancing dan Physical distancing, tuntutan agar proses belajar mengajar tetap berjalan, moda online ini dirasa sangat menolong.
Hal lain soal Efisiensi juga dirasakan tenaga pengajar atau dosen karena tidak perlu datang dan membuang waktu ke kantor, sekolah atau kampus karena mereka tetap dapat melakukan pembelajaran dari rumah, dengan demikian menghemat ongkos dan waktu misalnya
Berbicara dari sisi efisiensi dana, ada dana yang tidak terpakai untuk operasional pendidikan sebagaimana biasanya. Namun lanjut Donna yang baru saja kembali dari Leaders Conferences di Manila Philipina ini, mengatakan jangan lupa setiap efisien juga harus ditinjau efektif atau tidak.
Kenapa, dalam dunia pendidikan tidak hanya sebatas penyampaian materi saja, tetapi ada hubungan emosional secara lebih intens dari pertemuan , seperti sapaan sebagaimana orang Indonesia umumnya, sering membangun pendekatan bimbingan dan kebersamaan positif antara guru, murid serta dosen dan mahasiswanya.
“dan Saya kira itu semua cara itu akan berdampak pada peningkatan kualitas dan hasil belajar mengajar’, imbuhnya.
Tatkala seperti sekarang semua dilakukan dengan online, di mana hal itu bisa menghilangkan yang namanya Human Touch, ya meski pada akhirnya termaklumi dengan kondisi yang ada sekarang.
Meskipun demikian ada kelebihannya dengan online ini dimana orang yang sering kehilangan kesempatan belajar membuat orang tersebut dapat mengerjakan pelajarannya di mana saja .
Persoalannya dengan sistem online ini semua tergantung koneksifitas internet, terkadang sangat menggangu ketika jaringan yang lemot, karena bukan tidak mungkin dengan banyaknya pengguna internet yang dipakai semua orang, berakibat gangguan internet tersebut.
“Nah kalau gangguan ini benar-benar ada yang saya rasa proses belajar online itu menjadi tidak maksimal dan efektif”, ujarnya Donna yang pernah diundang ke Universitas Leiden Belanda dalam rangka memperkenalkan Makna Mama Noken dan Anak Noken dalam tradisi budaya Papua bulan Desember tahun lalu.
Ketika disinggung tidak adanya Ujian Nasional (UN) atau kebijakan penghapusan ujian nasional, Donna mengatakan bahwa ujian nasional itu sebetulnya sudah diwacanakan untuk ditiadakan, tetapi menjadi lebih cepat penerapannya karena meluasnya covid 19 yang oleh WHO disebut sebagai pandemic
“Saya mendukung penghapusan UN, tetapi memang sekolah harus lebih meningkatkan kualitas untuk memastikan bahwa anak didiknya siap kejenjang selanjutnya”, tandasnya .
STT IKAT Melakukan Pembatasan
Kemudian mengenai kebijakan STT IKAT sendiri di mana Donna sebagai salah satu pimpinan, menghadapi covid19, sejak bulan Maret tepatnya tanggal 10 sudah mulai melakukan pembatasan ruang gerak mahasiswa dan semua dosen dan pegawai.
Semua itu semata menaati apa yang diintruksikan pemerintah dan melakukan karantina, artinya semua kegiatan pembelajaran normalnya dikampus harus dihentikan, namun untuk konteks Sekolah Tinggi Theologi IKAT ada kondisi yang berbeda dan tidak bisa disamakan dengan lembaga pendidikan tinggi lainnya karena mengusung model pendidikan berbasis asrama.
“Yang menjadi sorotan adalah bagaimana guru-guru memastikan anak didiknya, mendapatkan nilai yang obyektif dari buku dalam perkembangan pendidikan, seperti rapot dan ijazah, sebab mereka dipastikan lulus” saat diminta tanggapan tentang hasil pendidikan dalam kondisi saat ini .
Perbedaan yang dimaksud terang Donna, kalau kampus lain mahasiswa diharuskan di rumah dan bergerak pergi atau datang. Sedangkan di STT IKAT mahasiswa kami tinggal menetap di asrama selama pendidikan berlangsung.
“Buat pimpinan STT ada kendala yang dialami apabila memulangkan mereka, karena bukan perkara yang gampang, karena mahasiswa ini datang dari berbagai daerah apalagi banyak yang di pelosok-pelosok, tetapi ada tuntutan ketika kita tidak mempulangkan mereka ke asalnya maka harus dipastikan lingkungan yang aman dan terbebas dari resiko tertular Corona, oleh karena itu harus ada kebijakan yang mendukung langkah tersebut”, bebernya serius.
Jadi berdasarkan kebijakan Rektor membatasi sangat ketat kegiatan mahasiswa, termasuk staf yang tinggal di lingkungan kampus tidak diperkenankan keluar dan dosen serta staf lainnya yang tinggal diluar wilayah kampus tidak bisa masuk sampai hari ini. Oleh karena itu STT IKAT tetap melakukan pengajaran secara online.
Kalaupun harus menerima tamu dari luar, tamu yang hanya urgent, itupun harus tetap memakai prosedur yang diintsruksikan pemerintah, seperti cuci tangan, semprot disinfektan dan tes alat ukur suhu badan.
Lalu harapannya dalam dunia pendidikan bahwa meskipun bencana corona ini tidak pernah masuk dalam angan setiap manusia, tetapi ini adalah sebuah realita yang harus dihadapi, otomatis dunia pendidikan harus mempersiapkan diri merumuskan cara-cara menghadapi situasi seperti yang dihadapi saat ini. Sebab diperkirakan bahwa kondisi ini berpotensi terulang kembali. Tetapi harapannya emoga tidak terulang lagi.
Kemudian harus memberikan pembelajaran kepada anak-anak tentang apa itu corona, lalu bagaimana menghadapinya dan lain sebagainya.
Tetapi moment ini jangan sampai menurunkan kualitas pendidikan, kepada kalayak harus tetap saja mengikuti aturan pemerintah”, pungkasnya.