Dr Denny Tewu Hadapi Ancaman Corona Bisa Di atasi Dengan Menggunakan Digitalisasi.

Kilometer.co.id-Terkait ancaman perlambatan perekonomian Indonesia dengan kebijakan stay at home  dan bicara  kesiapan masyarakat beradaptasi menggunakan teknologi digitalisasi sebagai solusi untuk mensiasati  ancaman Covid 19 yang sedang mendera Indonesia, Wakil Rektor II Universitas Kristen Indonesia (UKI) Dr Denny Tewu mengakui bahwa perekonomian Indonesia sekarang memang unpredictable.

“Situasi saat ini harus diakui unpridictable. Bila beberapa bulan kita begini terus bakal banyak Perusahaan akan bangkrut juga yang akan berdampak pada banyak hal. Hal ini seolah tidak pernah terpikirkan. Meski oleh para pakar ekonomi manajemen sudah ada yang memperingatinya yaitu Good Corporate Governance, Risk Management and Compliance (GRC)  ,” papar mantan PNS di Departemen Keuangan ini.

Menurut  lulusan FE Universitas Sam Ratulangi ini,  Indonesia pernah mengalami tiga krisis besar beberapa dekade belakangan ini.  Tiga hal itu pertama terkait krisis 98. Krisis itu terjadi karena tidak ada  good corporate governance. Perusahaan tidak dikelola dengan baik baik sehingga menimbulkan krisis keuangan yang parah, Kedua resesi ekonomi tahun 2008. Terjadi  akibat lemahnyan manajemen risiko sehingga terjadi resesi ekonomi yang cukup parah juga. Ketiga ya sekarang yang paling fatal dengan ancaman virus corona. Walaupun sudah  diprediksi  dengan  berbagai aturan dan kepatuhan / mampu beradaptasi dengan situasi lingkungan termasuk digitalisasi /Compliance.  Maka bagi Perusahaan / Organisasi yang  sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan / digitalisasi  maka seharusnya tidak perlu terhambat dengan kebijakan tinggal di rumah / work from home (WFH).

UKI Punya Sistem

Terkait penggunaan digtalisasi ini, maka mau tidak mau harus menyesuaikan dengan kerja secara online. “Kalau UKI sudah punya sistem sendiri.  Mahasiswa, dosen, karyawan hingga yayasan untungnya sudah mempersiapkan diri melalui slogan UKI Internasionalisasi dam  Digital Kampus 2020. Dari Desember hingga Januari kita lakukan training dan workshop untuk para dosen, saat muncul kasus corona dan bulan Maret kita harus WFH, kita sudah siap antisipasi. Tidak ada masalah kita (UKI) tinggal mengaplikasikannya. Ini tentunya anugerah Tuhan sehingga kita diberikan hikmat dan kebijakan untuk mempersiapkan diri, seperti dimampukan melihat tanda-tanda zaman,” tukas tokoh asal Minahasa yang meraih gelar Doktor dari UNPAD.

Diakuinya, organisasi atau institusi  yang tidak siap menggunakan digital pasti akan kesulitan. Kalau pakai sistem dari luar  punya keterbatasan sendiri. Misalmya  memamfaatkan WA  juga terbatas. Kalau dengan mengajar 2 atau 3 jam akan jadi masalah bisa waktu habis. Kita (UKI) sudah kerjasama dengan microsoff untuk sistem digitalnya. Apalagi proses   belajar  mengajar sudah dapat dilakukan  menggunakan telekonfrens dengan Microsoft Office 365.

“Jadi menjelaskan dengan power point, white board dsb. bisa dilakukan dan disimak langsung mahasiswa dari mana saja dengan menggunakan laptop ataupun smart phone. Apalagi mahasiswa senang juga dengan penggunaan teknologi baru. Biasanya mereka lebih cepat beradaptasi. Kelebihannya dengan sistem ini kita me reduce / mengurangi waktu dan ruangan, dan harusnya akan lebih efisien, Malah ke depan mahasiswa masuk kenpasar kerja yang sudah siap dan terbiasa dengan bekerja  secara digitalisasi. Kampus UKI  tetap jalan lancar karena bisa memaksimalkan ruang online,” tandasnya.

Menurut Denny bicara digitalisasi di kampus adalah suatu keniscayaan. Kalau tidak mau tertinggal harus bisa beradaptasi dengan lingkungan. Saat ini semua  bisa dilakukan serba virtual dan seperti lagu yang  bilang: ‘Ada pertemuan di udara..” Realisasi dan faktanya terjadi sekarang.

“Ya memang sangat kasihan mereka yang masih meraba-raba dan tertinggal dalam penggunaan digitalisKalau kami di UKI sudah  siap dan  nggak ada masalah,” tegasnya.

Dengan e-office kedepan kita bisa approve  surat-surat dan bisa jangkau dari mana saja bisa diakses. Kita lebih siap menghadapi era ini. Semua organisasi ini harus siap menghadapi hambatan ruang dan waktu lewat digitalisasi. Dengan situasi seperti ini  bahaya ancaman corona maka kerja digitalisasi jadi solusi karena  memudahkan dan melancarkan aktivitas.  Belum lagi keuntungannya bisa memangkas biaya-biaya yang tidak perlu.

Banyak hal bisa dilakukan, seperti bekerja menggunakan handphone  dimana saja, asalkan tersambung dengan internet maka kita tinggal menggunakan aplikasi yang sudah tersedia,” jelasnya.

Mengingat keadaan  sekarang yang mendesak mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri dan mampu beradaptasi kalau tidak mau terlindas zaman. Situasi memposisikan kita harus cepat bertindak. Kalau masih konvensional akan mengalami masalah. Mungkin awalnya  bisa berat menjalaninya tapi harusnya bisa cepat beradaptasi dan menyesuaikan situasi ke depan.

“Kita berharap masalah corona ini cepat berlalu. Penanganan  tidak perlu banyak melibatkan pihak-pihak luar. Ini kan situasi force major sehingga Pemerintah  banyak memberikan kelonggaran, seperti stimulus pajak, kredit dsb. Situasinya  harus  cepat diperbaiki sehingga cepat  recovery,” tandasnya.

Karena itu, kata Denny menambahkan, pertama masyarakat harus  bisa segera beradaptasi. Sebagai manusia modern harusnya bisa cepat. “Kalau generasi saya aja masih  bisa, meski tidak maksimal  apalagi yang muda-muda harus lebih mampu. Kita harap Indonesia bisa mengatasi ini. Apalagi Tuhan sudah memberi hikmat dan kebijaksanaan untuk mengatasi semua persoalan hidup ini. Yang penting jangan panik, jangan melanggar dan main hakim sendiri. Taati  dan patuh pada aturan main yang diberikan Pemerintah dan tetap sabar kuncinya di situ,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *