Jakarta, Kilometer.co.id Perayaan HUT PGLII Ke 48 dilaksanakan di Grha Gepembri kawasan Bulevard Kelapa Gading, Rabu 17/9/19, perayaan yang dihadiri tiga ratusan tersebut berlangsung khimat dan sederhana Ronny Mandang Ketua Umum PGLII, dalam sambutanya mengatakan bahwa kaum Injli selain bertanggungjawab kepada Tuhan, gereja harus juga ramah lingkungan. Untuk itu Ronny mengajak gereja dan lembaga injili harus ikut bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan alam bumi persada Indonesia. Dengan peran tersebut berarti sudah menghormati kemulian Allah. Demikian disampaikan Pdt Dr Ronny Mandang kepada wartawan usai memperingati acara Hari Ulang Tahun tersebut didepan para jurnalis Nasrani.
Patut bersyukur di mana dalam usianya yang ke 48 terang Ronny bahwa hingga sampai saat ini PGLII tidak menerima bantuan dari pihak mana pun, meski demikan tiap anggota tetap eksis dan terus setia, membawa kabar baik di Indonesia. Karena itu itu refleksi panggilan PGLII malam ini mengambil tema Berdiri Teguh di dalam Kuasa Injil,” ujarnya.
Lebih lanjut Pdt Ronny mewanti-wanti sebagai kaum Injili harus waspada, kalau tidak kokoh iman, berkrompomi dengan dosa maka PGLII sudah tidak dalam posisinya seperti digariskan para founding fathers (pendiri) PGLII, yang semua sudah tidak ada. PGLII sekarang masa kepemimpinan generasi kedua, setelah eranya Pdt Dr Petrus Oktavianus, Pdt Chris Marantika, Pdt Dr Pontas Pardede, Pdt Dr Bambang Wijaya, Pdt Dr Nus Reimas hingga saat ini dirinya. Mereka semua terang Ronny semua pergi untuk memberitakan Injil
Kembali pada tugas panggilan selain menginjil bahkan Ronny menyerukan sebagai kaum injili pergilan di mana daerah yang tidak ada yang datang. Pengalaman selama di Alor pernah berjumpa dengan seorang hamba Tuhan, dan pendeta ini mengembalakan tujuh gereja lokal, artinya masih banyak lagi ladang untuk memberitakan Injil. Dalam kontek ini Ronny menekankan lebih pada hubungan vertical kepada Tuhan.
Namun ada tugas secara horizontal bagaimana PGLII memiliki satu tugas penting lainnya menurutnya adalah kemana juga kita pergi harus peduli lingkungan. PGLII sudah terlibat ikut bertanggung jawab menjaga lingkungan hidup dengan gereja ramah lingkungan,” tegasnya. Kaum injili tidak hanya terlihat dan dipandang sebagai lembaga aras gereja yang urusan mempertobatkan orang, tidak begitu? Tetapi juga mengasah intelektual kecerdasan dan peduli masalah sosial.”Bayangkan Indonesia termasuk negera ke dua terbesar menghasilkan sampah, tentu ini menjadi perhatian khusus bagi PGLII dengan Aras gereja lainnya,” ujarnya tegas
Lebih jauh kata Ronny, ini momentum HUT PGLLI untuk lebih berkiprah lagi, dengan masuk kepengurusan di tingkat Asia. Hal ini ditandai atas kepercayaan kaum Injili dunia yang memilih Indonesia sebagai tuan dan nyonya rumah penyelenggaran General Assembly dari World Evangelical Alliance (WEA) atau Aliansi Gereja-gereja Injili Sedunia memilih Indonesia untuk jadi tuan dan nyonya rumah dalam konferensi 2019.
Ada 131 negara anggota di dunia tetapi Tuhan menetapkan Indonesia. Ada sesuatu yang akan diperkenalkan dari Indonesia yakni Pancasila dan kebhinnekaan. Ini waktunya Indonesia dikenal di dunia dan pengenalan pemerintah Indonesia yang baru menyelesaikan pesta demokrasinya,” kata Ronny sembari meminta dukungan doa demi terselenggaranya perhelatan besar.
“Begitu banyak konteks permasalahan kita, tetapi izinkan saya mengajak kita dalam sukacita ini melihat paling sedikit dalam dua krisis yang sedang kita hadapi sekarang. Yang pertama adalah krisis kebangsaan yang kita hadapi sekarang. Pertarungan yang terjadi pada Pilpres lalu, menurut hemat saya walaupun dimenangkan oleh gerakan yang nasionalis tetapi kita menyisakan bom waktu. 45 persen itu adalah sebuah modal yang cukup berat untuk dihadapi yang bisa dicopy-paste pada Pilkada serentak tahun depan. Tetapi pertarungan yang berat juga pada tahun 2024. Oleh karena itu pertarungan ideologis seperti ini membawa kita sebagai bangsa juga ada pada persoalan tersendiri.
Krisis yang kedua yang sudah disebutkan pak Ronny tadi dalam khotbahnya, adalah krisis ekologis yang tidak ringan. Perubahan iklim dan pemanasan global, mungkin kita merasa begitu jauh di awang-awang dan ada jauh di negeri antah berantah. Tetapi sesungguhnya dia begitu dekat dengan kita. Para petani sekarang ini akibat perubahan iklim yang begitu ekstrim sudah sangat sulit menentukan kapan musim tanam, dan akibatnya tidak tahu kapan musim panen. Kitalah penyebab semua ini. Kalau misalkan alam yang terjadi sekarang, kita jugalah yang merubahnya” ujar Pdt. Gomar Gultom mewakili FUKRI
Selain itu, Pdt Ronny Mandang mengatakan juga tahun depan PGLII Munas ke-12, sebuah langkah penting untuk mencari Nahkoda maka ia menegaskan ke depan PGLII sudah seharusnya dipimpin generasi berikutnya dengan usia 40 tahunan. “Ini keharusan dan tidak mengada-ada, soal siapa yang terpilih nanti kita doakan,” harapnya.
Hadir dalam perayaan HUT tersebut antaranya Pdt Dr Bambang Wijaya, Romo Heri Wibowo mewakili KWI, Merdisantosa dari Baptis, ada Bala Keselamatan, Ortodox dll. Sedangkan dari lingkup PGLII DKI yang mendukung penuh terselenggaranya HUT ini hadir Pdt Royke Bovie Rory Ketua PGLII DKI, Pdt Dr. Antonius Natan Sekum PGLII DKI, ada juga Fredy Sunyoto PDLII Banten, PGLII Sulsel, PGLII Yogyakarta dan lain-lain.
Sementara Pdt Royke Bovie Rory Ketua Umum PGLII DKI didampingi Pdt Antonius Natan Sekum PGLII DKIberharap agar PGLII ke depan lebih giat lagi dalam memberitakan injil serta menjaga keberagaman bangsa dengan nilai-nilai Pancasila, tuntas.