Kilometer.co.id Jakarta Pakar politik dari Generasi Optimis (GO) Indonesia, Tigor Guna Haposan Sinaga, mengkritik majalah berita mingguan Tempo edisi 5 Oktober 2019 yang memuat cover bergambar wajah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan tampilan yang dinilai tidak elok.
GO Indonesia menuding Tempo menghina simbol negara dengan menampilkan gambar Presiden Jokowi yang adalah Kepala Negara melalui cara yang dinilai tidak pantas. Sikap GO Indonesia tersebut seiring dengan respons negatif Sekretaris Jendral (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) atas munculnya cover majalah Tempo itu.
“Tempo itu bukan tempe ya. Tempo itu majalah berita favorit saya selama ini. Tidak ada yang menyamai Tempo. Para jurnalis dan editornya hebat-hebat, jadi Tempo bukan majalah yang orang-orang di belakangnya bermental tempe, yang bisa dibayar oleh pihak tertentu untuk menyudutkan Pemerintah,” Kata Tigor, Rabu siang, Jakarta, (9/10/2019)
“Tempo bukan majalah kelas tempe. Tempo yang saya kenal itu lugas, netral, tajam, dan gunakan tata bahasa Indonesia yang proper. Tapi kali ini mereka menyajikan sebuah cover yang jelas-jelas suatu bentuk penghinaan dan perendahan kepada Kepala Negara, Presiden Jokowi,” imbuhnya.
Tigor mengaku pihaknya menghormati kebebasan pers dan menghargai hak pers untuk mengkritik, tapi juga mengingatkan agar kode etik jurnalistik tidak ditinggalkan. Pakar politik yang juga pengusaha properti itu mengatakan bahwa Tempo sudah mengabaikan etika dan estetika jurnalistik dalam covernya edisi 5 Oktober 2019.
“Kesan yang saya tangkap dari cover Tempo itu adalah mereka menghina Presiden Jokowi sebagai Kepala Negara. Pak Jokowi itu Kepala Negara kita lho. Kok dihina seperti itu?” ujar Tigor.
Ia menambahkan, “Dengan dimuatnya cover itu, Tempo seperti meludahi mukanya sendiri dan membenamkan dirinya dirinya dalam kubangan kotoran manusia. Kredibilitas Tempo sebagai majalah kredibel dan netral sudah seperti sampah busuk di mata masyarakat.”
Senada dengan Tigor, Sekjen GO Indonesia, Horas Sinaga mengatakan bahwa Tempo mempermalukan dirinya sendiri di depan komunitas jurnalistik dan masyarakat Indonesia secara umum.
“Ada apa dengan Tempo? Saya itu pembaca setia Tempo lho. Ulasannya selalu bagus, tapi akhir-akhir ini Tempo hanya menyajikan jurnalisme buruk dengan ilustrasi gambar yang tak elok. Kenapa, apa yang terjadi dengan Tempo?” tanya Horas, The Westin, Jakarta (9/10/2019)
Mantan senior manager bank Mandiri itu mengatakan bahwa Tempo terlihat tendensius dalam pemberitaan dan pemuatan covernya di edisinya yang terbaru. Horas menganggap Tempo telah kehilangan sisi etis dan kesantunannya dalam pewartaannya akhir-akhir ini.
“GO Indonesia menantang Tempo untuk berdebat dan berikan klarifikasi terkait pemuatan covernya di edisi 5 Oktober 2019. Kalau redaksi Tempo masih punya kehormatan, mereka niscaya menjawab tantangan kami. Saya yakin para jurnalis dan redaktur Tempo bukan orang-orang tolol yang bisa disogok uang oleh pihak tertentu sehingga memuat cover nista seperti itu,” ujar Horas keras.
“Para redaktur dan jurnalis Tempo bukan orang-orang yang beri makan anak istrinya dengan uang haram dari sogokan. Saya yakin itu. Oleh sebab itu, Tempo harus berikan klarifikasi terkait pemuatan cover majalah edisi 5 Oktober 2019,” pungkas Horas.